AMAN: Pemprov Kaltim jamin stok pangan hewani - HO- Foto Dok RRI. |
GOKALTIM.COM, SAMARINDA - Jelang akhir tahun, masyarakat Kalimantan Timur bisa bernapas lega! Stok daging sapi, ayam, dan telur dijamin aman hingga Desember 2024.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, Fahmi Himawan, memastikan hal ini berdasarkan prognosis yang memperhitungkan lonjakan kebutuhan saat Natal dan Tahun Baru.
Namun, di balik kabar gembira ini, tersimpan cerita miris. Para peternak ayam ras di Kaltim justru menjerit karena harga ayam di tingkat kandang anjlok! Fahmi di Samarinda, Minggu (1/12/2024) mengungkapkan, "Peternak mengeluhkan harga daging ayam di tingkat kandang yang rendah, sementara Harga Pokok Produksi (HPP) mereka tinggi."
Kondisi ini menciptakan fenomena deflasi di tingkat peternak. Artinya, mereka merugi karena biaya produksi lebih tinggi daripada harga jual. Ironisnya, harga ayam di pasaran tetap normal. Lalu, kemana selisih harga itu mengalir?
Fahmi tidak tinggal diam. Ia berjanji akan mengusut "benang kusut" dalam rantai distribusi ayam, mencari tahu penyebab ketimpangan harga antara kandang dan pasar. Pemerintah Provinsi Kaltim juga berencana membangun industri pakan ternak dan mengontrol distribusi anak ayam untuk menekan HPP peternak.
Pemerintah Provinsi Kaltim pun tidak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan peternak dari jerat deflasi. Salah satunya adalah dengan membangun industri pakan ternak untuk menekan biaya produksi. Selain itu, pemerintah juga akan mengontrol distribusi anak ayam agar lebih terjangkau.
Kasus ini mengungkap paradoks dalam industri peternakan ayam ras di Kaltim. Di satu sisi, masyarakat dijamin akan ketersediaan pangan. Namun di sisi lain, para peternak yang berperan penting dalam menyediakan pangan tersebut justru terpuruk. Mampukah pemerintah menciptakan keadilan harga dan menyelamatkan peternak dari kondisi yang semakin sulit ini?
Anjloknya harga ayam di tingkat peternak bukanlah fenomena baru. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya produksi ayam yang melebihi permintaan pasar, rantai distribusi yang panjang, kurangnya akses pasar bagi peternak, dan fluktuasi harga pakan.
Untuk mengatasi permasalahan ini secara berkelanjutan, diperlukan upaya terpadu dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memperpendek rantai distribusi, meningkatkan akses pasar bagi peternak kecil, menstabilkan harga pakan, dan memberikan insentif kepada peternak. Peternak perlu meningkatkan efisiensi produksi, mengadopsi teknologi modern, dan membentuk kelompok tani. Masyarakat juga dapat berperan dengan membeli produk ayam langsung dari peternak atau pasar tradisional. (AGS/AR)