SAMBUTAN: Peraih Nobel Perdamaian Ales Bialiatski di vonis 10 tahun penjara - Foto Dok Nett |
GOKALTIM.COM, MINSK- Pengadilan Belarusia menjatuhkan vonis 10 tahun penjara untuk peraih Nobel Perdamaian Ales Bialiatski, yang juga dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia (HAM). Bialiatski diadili dan dihukum penjara terkait tuduhan mendanai aksi unjuk rasa dan terkait rentetan tuduhan pidana lainnya.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (3/3/2023), kelompok-kelompok HAM menyebut kasus yang menjerat Bialiatski ini didasari motif politik.
Pemimpin oposisi Belarusia, Sviatlana Tsikhanouskaya, yang mengasingkan diri menyebut Bialiatski dan para aktivis lainnya yang diadili dalam sidang yang sama telah divonis secara tidak adil. Dia menyebut vonis terhadap Bialiatski itu 'mengerikan'.
"Kita harus melakukan semuanya untuk melawan ketidakadilan yang memalukan ini dan membebaskan mereka," cetus Tsikhanouskaya dalam pernyataan via Twitter.
Jaksa telah meminta pengadilan Minsk untuk menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara terhadap Bialiatski, yang membantah seluruh dakwaan. Bialiatski dan tiga terdakwa lainnya didakwa mendanai aksi unjuk rasa dan menyelundupkan uang.
Kantor berita Belarusia mengonfirmasi vonis yang dijatuhkan terhadap Bialiatski itu.
Bialiatski yang berusia 60 tahun merupakan salah satu pendiri kelompok HAM Viasna dan salah satu dari ratusan warga terkemuka di Belarusia yang dipenjara selama penindakan unjuk rasa antipemerintah selama berbulan-bulan pada musim panas tahun 2020 dan berlanjut hingga tahun 2021.
Viasna mengambil peran utama dalam memberikan bantuan hukum dan finansial untuk demonstran yang dibui. Unjuk rasa besar-besaran itu terjadi setelah Presiden Alexander Lukashenko yang berkuasa sejak lama, ditetapkan sebagai pemenang pilpres tahun 2020.
"Tuduhan terhadap kolega-kolega kami berkaitan dengan aktivitas HAM mereka, pemberian bantuan dari pusat HAM Viasna untuk para korban persekusi yang didasari motif politik," tegas Viasna soal kasus yang menjerat para aktivis HAM dan demonstran.
Bialiatski menerima Nobel Perdamaian pada Oktober tahun lalu atas kinerjanya terkait HAM dan demokrasi. Dia mendapatkan Nobel Perdamaian itu berbagi dengan kelompok HAM Rusia Memorial dan kelompok HAM Ukraina Pusat Kebebasan Sipil.
Dia ditangkap sejak tahun 2021 bersama dengan dua rekannya dari Viasna.(news.detik.com/ar)